Home » All posts








Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.



Disebelah
Pukul 7 malam,aku langsung meluncur dengan motor kermh Mbak Endang yang memang bersebelahan. Hanya berjarak 3 rumah dari rumahku. Mbak Endang pun telah menunggu,dan segera menghampiriku. Kamipun meluncur ke sebuah tempat persewaan kaset DVD. Sesampai disana,aku hanya menunggu diluar,dan Mbak Endang yang masuk kedalam utk menyewa bbrp kaset. (katanya ).Selang bbrp menit kemudian,Mbak Endang pun keluar dan mengajakku membeli makan terlebih dahulu sebelum pulang. Saat kubonceng dengan motor,Mbak Endang merapatkan payudaranya ke punggungku,hingga membuat "dedek" menggeliat. Kamipun makan disebuah kafe kecil.Tak berapa lama,hujan turun dengan deras. Setelah kami selesai makan,hujan masih belum juga reda. Akhirnya kamipun menunggu dikafe tsb sambil mengobrol. Selang bbrp jam hujan tak juga reda. Memang tak sederas tadi,hanya tersisa gerimis kecil. Akhirnya krn tkt kemalaman,Mbak Endang pun memaksa pulang walau gerimis. ( maklum,kafe itu lumayan jauh dari rumah.) Akhirnya akupun menuruti kemauan Mbak Endang. Baru kami beranjak bbrp meter dari kafe,hujan turun kembali. Jas hujan jg tak kubawa...Sial....pikirku...! Namun Mbak Endang tetap memaksa pulang. Akhirnya kamipun pulang dengan berhujan2 ria. Mbak Endang selama perjalanan,merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Lumayan,biar ga dingin,pikirku...
10 menit perjalanan,kamipun sampai dirumah Mbak Endang dengan basah kuyub. Mbak Endang mempersilahkan aku masuk. Sebenarnya aku ingin menolak,tetapi karena melihat pakaian Mbak Endang yang basah kuyub hingga mencetak jelas pakaian dalamnya,aku pun setuju untuk mampir. Mupeng : Mode on
Didalam rumahnya,Mbak Endang menyuruhku menunggu.
"Mas,tunggu sebentar ya. Aku buatin teh anget,skalian aku mau ganti pakaian dulu.",katanya.
Akupun tak berani masuk kermhnya karena keadaanku yang basah kuyub tkt membuat kotor. Kulihat dijam dinding jam menunjukkan pukul 10 mlm. Tak terasa. Lalu,Mbak Endang keluar dengan segelas teh hangat,yg kemudian ditaruhnya di meja ruang tamu. Mbak Endang pun menyuruhku masuk karena tidak enak sama tetangga,dalihnya. Akupun masuk.
"Tapi aku basah gini,mbak. Tkt basahin sofanya.",kataku.
"Ya kalo gitu,mas lepas aja pakaiannya,aku ambilin baju sementara. Gak apa-apa koq,mas. Kita kan berteman dari kecil.Jadi ya anggap aja biasa."katanya sembari menutup pintu rumah.
Kulihat Mbak Endang sudah memakai daster tipis menerawang. Akupun melepas bajuku,sementara Mbak Endang masuk kedalam kamar mengambilkan baju.
"Lho,mas skalian aja celananya aja juga. Kan basah gitu,nanti kedinginan lho yang didalem.",katanya sambil bercanda.
Busyet....mancing-mancing nie....pikirku.
"Nggak enak ahh..mbak.Tkt nanti klo dilihat tetangga bisa kacau.",jawabku.
"Mas kan lihat sendiri tadi,kampung udah sepi kyk gitu karena hujan deras,jadi ya ga ada yang tau lah.Orang jg males keluar kalo cuaca dingin kyk gni.",jelasnya.
Akupun segera melepas celanaku,dan hanya menyisakan boxer yang menempel.
Mbak Endang duduk berhadapan denganku. Saat aku melepas celanaku,dia tampak mengamatiku. Saat aku memergokinya sedang memperhatikan bagian bawahku,dia langsung memalingkan pandangan. Setelah aku hanya berbalut boxer,Mbak Endang membawa pakaianku kedalam untuk diangin-anginkan,katanya. Kulihat Mbak Endang kembali dengan membawa baju kering,yang mungkin milik suaminya. saat berada didepanku dan hendak memberikannya,baju itu terjatuh. ( atau mungkin sengaja dijatuhin ),dan Mbak Endang pun membungkuk untuk mengambilnya. Karena memakai daster tipis,saat membungkuk itulah kulihat pemandangan yg slama ini kukhayalkan. Payudara Mbak Endang menggantung dengan indahnya. Rupanya,Mbak Endang tidak memakai bra.

Akupun sempat malu dan menutupinya dengan baju tsb.
"wahh...kenapa mas anunya ? kok berdiri ?",tanyanya.
"ehh....nggak..",jawabku bingung.
"Jangan2 mas membayangkan sesuatu ya,sampe anu nya berdiri gitu...?",candanya.
Udah terlanjur basah,,,basah sekalian...pikirku.
"Mungkin karena ga sengaja liat Mbak pas membungkuk tadi,jadi ga sengaja liat susunya mbak.",jawabku membranikan diri.
"Oh...gara2 itu ya,mas..Aduhh..maaf..mas...aku gak bermaksud membangunkan anunya mas."katanya.
"Tapi sekarang udah bangun,mbak. Gmn d0nk...?"tanyaku nakal.
"Ya gimana donk,mas. Memangnya harus gmn ?"Mbak Endang balik bertanya.
"Ya dibuat ga berdiri lagi,mbak. Tapi ya...karena Mbak yang bikin bangun,jadi Mbak yang tanggung jawab agar ga bangun lagi.",kataku nekat.

"oke. Janji koq ga bakal ada yg tau.Rahasia kita aja."jawabku sambil mupeng.
Mbak Endang pun tersenyum lalu menarik tanganku dan menuntunku menuju kasur yang berada di depan Tv ruang keluarga. Spotnya tertutup oleh lemari besar,jadi tidak akan terlihat dari sisi depan,pikirku. Akupun duduk di kasur yg beralas lantai itu. Tv pun dinyalakan. Dan Mbak Endang mulai melepas daster tipisnya.
"ini yang bikin anunya mas tadi bangun ?"tanyanya sambil tersenyum kecil.
"kalo yang ini,gmn mas..apa bikin bangun juga ?"tanyanya kembali sambil melepas seluruh daternya hingga dia telanjang bulat.
Aku hanya melotot melihat pemandangan itu. Tubuh Mbak Endang benar-benar montok,kulit bersih terawat. Payudaranya berukuran sekitar 34b,dengan puting berwarna coklat muda.Kulihat lebih kebawah lagi,bulu jembi Mbak Endang dicukur hingga terlihat gundul. Dan itu membuatku semakin bernafsu. Lalu Mbak Endang menyuruhku melepas boxer yang kupakai,dan akhirnya kulepas juga. Mbak Endang menghampiriku yang terduduk di kasur,dan duduk diatas penisku. dalam posisi kupangku,Mbak Endang menciumi bibirku dengan lembut.Kurasakan pula vagina hangat Mbak Endang bergesekan dengan penisku yang sudah sangat tegang. Kami pun berciuman,sambil sesekali kuremas payudara mbak Endang yang kenyal itu dan kumainkan putingnya. Mbak Endang semakin bernafsu. Aku ditidurkannya,dan Mbak Endang mulai menciumi leherku,lalu merambat kebawah,hingga berhenti tepat di penisku. Digenggamnya penisku lalu dikocoknya perlahan.
"Woww...ternyata punya kmu besar jg ya. Panjang lagi. Kalah punya suami Mbak."katanya sambil mengocok penisku.
Lalu Mbak Endang mulai mengoral penisku. Mulanya dijilatinya kepala penisku. lalu dimasukkannya batang penisku ke dalam mulutnya,dan dia mulai melakukan BJ yang sangat nikmat bagiku. 5 menit kemudian,aku meminta Mbak endang untuk terlentang. Giliranku Jilmek,pikirku..
Mbak Endang pun terlentang,pasrah. Dibukanya selangkangannya yg bersih itu dan tampaklah vagina Mbak Endang yang kemerah-merahan dan terlihat sudah becek. Rupanya Mbak Endang sudah "panas" daritadi. Aku pun mulai menjilat bibir vaginanya,dan kumasukkan lidahku kedalam vaginanya. Mbak Endang mendesah. Setelah itu kujilati bagian klitorisnya,hingga membuatnya menggelinjang. Aku terus menjilati vagina Mbak Endang cukup lama. Vaginanya sangat nikmat sekali dan wangi.Itu yg membuatku betah ber"semayam" di lobang surgawi Mbak Endang.

Tak berapa lama,ternyata Mbak Endang mendapatkan orgasme pertamanya.
"aahhh...mass...aku ...keluarr....agghh.....mmpphh....",rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang dan mulutnya mendesah panjang.
Suara desahan itu tertutup oleh suara Tv hingga tak terdengar dr luar. Semoga...
Nikmat sekali cairan hangat yg keluar dari vagina Mbak Endang membasahi lidahku.
"Mas...masukin aja ya...udah ga kuat nahan...",pintanya.
Akhirnya aku meminta mbak Endang untuk nungging. Doggy posisi pertama. Mbak Endang pun menungging,dan perlahan kumasukkan penisku menembus bibir vaginanya yang sudah becek. Bleess....Masuklah semua batang penisku kedalam vagina Mbak Endang.
"uhhhh......",desahnya saat penisku menembus memasuki vaginanya.
Aku bergerak maju-mundur berirama... Mbak Endang terus mendesah tanpa henti.
Vagina mbak Endang terasa msh peret menggigit penisku. Sekitar 10 menit kami ber doggy-ria... Akhirnya,kami berlahi ke MOT... Mbak Endang terlentang,dan mulai kumasukkan penisku perlahan. Dia kembali mendesah. Akupun langsung bergoyang maju mundur.
"Agghhh...mass...teruss.....uhh.......ahhhh....",d esahnya.
Aku terus bergoyang berirama sambil sesekali kumainkan puting Mbak Endang dan kuciumi jg kujilati. 10 menit kemudian,Mbak Endang ingin diatas alias WOT. Akhirnya akupun tidur terlentang,sementara Mbak Endang mulai mengangkangi penisku. Dipegangnya dan diarahkan penisku menuju lubang vaginanya. Setelah kapala penisku mulai menebus perlahan bibir vaginanya,Mbak Endang segera menekan tubuhnya hingga penisku tertanam penuh didalam vaginanya. Mbak Endang mulai bergoyang naik-turun,sambil memejamkan mata menikmati tusukan penisku.
"aahhh....mas....aagghh....uhh......",rintihny a penuh nafsu.
Sementara Mbak Endang bergoyang,aku meremas-remas payudaranya dan sesekali kumainkan putingnya.
"uuuhh.....akuu...mauu..ahhh...keluar...lagi..mass ss....agh......",desahnya.
Rupanya kali ini Mbak Endang mendapatkan Big O. goyanganya jadi tak beraturan,saat Big O mendatanginya.

Mbak Endang masih terus bergoyang hingga akhirnya akupun mulai merasakan akan klimaks.
"Mbak...aku mau...keluar...."kataku.
Lalu Mbak endang segera mencabut penisku,dan wajahnya mengarah ke penisku. Tangannya ,mulai menggenggam penisku dan mengocoknya. Mulutnya pun masih menghisap kepala penisku,sambil sesekali dijilatinya. Akupun merasa akan segera memuntahkan lahar panas.
"Mbak.....aku....keluarin...sekarang.....ahh...",d esahku.
Mbak Endang makin mempercepat kocokan tangannya,dan mulutnya semakin menghisap penisku dan menjilatinya. Akhirnya.....
CRROOTT....CROOTT....CROOTT.....!!!!!
Lahar panas muncrat memenuhi rongga mulut Mbak Endang. Nikmat sekali........
Mbak Endang tampak masih Menghisap penisku,dan menjilati kepala penisku,hingga membuat aku merasa kegelian. Mbak Endang menghentikan sejenak hisapannya,dan kulihat dia menelan spermaku. Lalu dia menjilati kembali kepala penisku dan mengulumnya.
Setelah puas "memakan" penisku,akhirnya disudahilah permainan malam itu karena jam sudah menunjukkan hampir jam 12 malam. Begitu cepat waktu berlalu diantara keringat dan lendir yang bertumpahan. Akupun segera mengambil pakaianku di gantungan baju tak jauh dr kasur. Kupakai dengan cepat,dan kamipun menuju ke ruang tamu sejenak utk ngobrol kecil.
"Jangan bilang siapa-siapa,ya..mas..",katanya.
"Pasti koq..."jawabku puas.
"mas tadi puas ? Kalo aku puas banget. Baru kali ini aku ngerasa puas seperti itu,mas. Biasanya sama suamiku paling lama itu 15menit. Suamiku maunya dia cepet keluar,sedangkan aku kan masih tanggung.",jelasnya.
"Jadi mbak puas ya...? Boleh donk kapan2 kita sambung lagi yang kyk td."kataku.
"boleh aja,asal keadaaan mendukung,mas."jawabnya.
"Makasih ya,mbak...Aku kyknya harus pulang dulu. Udah malem. Bahaya klo ada y tau q nginep dsni."pamitku.
"Iya,mas...Makasih jg ya...",jawabnya sambil tersenyum.
Akupun beranjak keluar dan menuntun motorku hingga depan rumah. Masih terbayang dan terasa sisa kenikmatan dengan Mbak Endang mlm itu. Benar-benar malam yang sangat indah.
Saat ini suami Mbak Endang akan segera pulang. Dan itu artinya,akupun harus bersikap profesional dengan bersikap seperti biasanya.
Entah brp hari lagi aku bs mendapatkan kenikmatan tubuh dari Mbak Endang. Sang binor yang haus seks karena tak pernah terpuaskan oleh suaminya yg ternyata Ejakulasi Dini.